Hujan

Rawa rawa antara besitang – tamiang .oktober 2008. Senja semakin melambat karena perjalananku sudah semakin kebarat. Dingin, kupeluk ransel yang tidak seberapa gembungnya. Kini hangat. Ketoleh ke kiri , sebelahku. Seorang lelaki paruh baya matanya antara tidur dan terjaga.
Nanar ,diam semua penumpang meresapi pikiran masing masing. Aku duduk samping kaca. Kaca berembun pertanda suhu udara di luar lebih dingin daripada suhu di dalam bus AC ini. Kuseka embun itu sehingga bayangan di luar tidak lagi kabur baur. Bayangan itu bagai berlari, sebuah efek koriolis, menipu padahal bus yang aku tumpangilah yang melaju. Suatu permainan segitiga besaran vektor yang sederhana.
Tak lama bulatan bulatan hasil sekaanku menutup kembali. Kuseka lagi menggosok gosokkan tanganku. Bulatan bulatan hujan sebentuk oval dengan ujung atas meruncing bagai tergantung menetes di sebelah luar kaca. Aku tersenyum senyum mengobati sedih perjalanan takdirku.
Sebelah kanan jalan penuh rawa rawa. Hanya rawa tak jauh mata memandang tampaklah laut . itu selat Malaka . bayangan rawa dan laut menyatu ketika hujan senja, menyayatkan luka dihatiku. Sebuah rasa, rasa yang pertama kali kurasakan. Aku ingin bercerita sejujur hujan yang langsung tercurah ke laut itu.
Rawa rawa itu tak sepenuhnya ditanami sawit. Namun di sebelah kiri jalan sawitnya lebih banyak dan rapat karena konturnya berbukit bukit. Bus Pelangi beberapa kali melintasi jembatan , jembatan yang melintasi sungai yang melintasi rawa rawa.
Rawa rawa sewarna bara sementara laut bagaikan tembaga pudar bertabur darah, merah. Sang mega merona sore ,koloid aerosol itu menguraikan efek tyndal disinari gelombang merah yang merupakan gelombang terpanjang dari akhir spektrum cahaya matahari. Efek tindal itu jelas membayang di retina langit. Aku terpesona sebentuk garis lengkung berwarna di langit, pelangi. Indah lukisan tuhan.indah kehidupan yang kusaksikan walau sekejap senja di tempat sesunyi ini.
Siluet pepohonan kini coklat dan terus berubah kehitaman seiring senja datang. Samar bayang bayang mulai memanjang kemudian sirna bersama sinar surya. Cahaya senja berganti temaram buleun. Sebentara lagi perbatasan , tanah rencong . aku menarik napas dalam dalam . aku tak lagi menoleh ke luar. Lalu kuhembuskan napasku terdengar sesak. Bersamaan butiran hangat mengucur dari kedua mataku. Dan ini bukan embun.
Pahlawan separuh nyawaku
Dalam kerut wajahmu kau tersenyum untukku
Kulihat pudar cahaya matamu
Bagaimana bisa kumengganti
Sedang matahariku layu walau pagI
Seperti senja punah dari bumiku…
9 agustus 2008 , ditempat yang sama di waktu yang sama.
“Hidup ini keras…kita harus keras terhadap hidup”.kata ayah tegas. Setelah aku bertanya tentang orang orang melayu deli yang termarginalkan ditanahnya oleh kaum batak perantauan. Seorang pemuda bersama seorang gadis yang duduk di belakang kami menarik percakapan kami. Ternyata ia seorang tentara yang baru saja menikah . kami bercerita banyak.
“dek…setelah mendaki,tikungan ini dan lihat itu…”aku melihat tugu yang kedua sampingnya terdapat panggung dengan bubungan bertingkat tingkat di keempat sisinya.
“ingat ingat tempat ini…”pesan tentara itu
“perbatasan”
Setelah melewati itu. Tampaklah jalan lajur dua lurus dan mulus. Ditengahnya menyala lampu penerang jalan karena hari sudah gelap. Ada poster besar marie alkatiri peraih nobel perdamaian 2005, seorang nenek, anak anak korban bencana, tentara dan gerilyawan. Tentang perjalanan panjang sejarah sebuah negeri.
Benar benar seperti perbatasan antara Negara, jauh berbeda dengan perbatasan riau-sumatra barat,riau-jambi,riau-sumatra utara.berbeda…ada aura.ada pesona.
Tentara itu menunjuk hamparan Elaris guinensis jack (sawit) sejauh mata memandang. “di sini pak.gugur seorang teman kami…” kenangnya,tentang satirnya perjalanan hidup tentara muda itu.
“HIDUP INI KERAS”Pesan ayah padaku di senja itu.”KITA HARUS KERAS TERHADAP HIDUP”Tambahnya.
***
“Nak jangan pernah pikiranmu sakit…”Getar suara ayah ketika kami meninggalkan rumah seorang kenalan kami.
Aku diam tapi hatiku berkata lirih”Yah teunanglah aku akan tabah menjalani getir semua ini, bila ini Rhido Allah terhadapku, bukankah dulu ayah berkata hidup ini keras. Lantas mengapa Engkau kini menghianati ucapanmu sendiri?”
Air mataku mengurai. Nenek di rumah itu menitikkan air mata. Beliau menangis untukku. Untuk orang yang baru saja di kenalnya. Nenek itu mengajarkanku banyak Do’a. Antara azan dan Iqamah adalah salah satu waktu yang tepat untuk berdo’a. Mengajarkanku do’a dari surah Yusuf ayat 4 ( dan ingatlah ketika Yusuf berkata kepada ayahnya“ Wahai ayahku ! sungguh aku bermimpi melihat sebelas bintang matahari dan bulan;kulihat semuanya sujud padaku”). Sebelum kami pergi.
Ketika seorang bapak berumur luma puluhan sedang menyebrang jalan bersama anak laki lakinya di sebelah timur mesjid raya baiturrahman.Wajah bapak itu cemas lagi gundah , ia memegang pergelangan tangan anaknya,sedang pula anaknya mengapit bantal dan menyandang ransel . Berusaha menyelamatkan anaknya yang telah sembilan belas tahun ia besarkan di tengah hilir mudik labi labi di seberang menuju darussalam.wajah anaknya basah , menyerah , dan kalah. Kalau saja malaikat Tuhan “MEMOTRET” episode kehidupan itu dari sudut yang sangat tepat maka Gambar merekalah THE BEST WALLPAPER 2008.
***
Ketika kami memutuskan untuk kembali. Pulang ke kampung. Di depan pintu kos kamarku. Bang Robi duduk dengan ekspresi yang paling sedih yang pernah kulihat. Rijal berdiri matanya menunduk sedih. Riswan . bang sahimi mereka berkumpul untukku. JANGAN PULANG. Mereka mencegahku untuk jangan pulang. Mereka memohon dan menimbang nimbang hatiku.PADAHAL kami baru saja mengenal beberapa hari
Seandainya saja aku pulang ketika itu. Dengan meninggalkan kos yang telah disewa setahun. Dengan barang barang yang telah dibeli.seandainya aku PULANG.sekarang aku sudah tidak ada lagi.MEREKA MENYELAMATKAN NYAWAKU. Sebuah episode yang paling penting dalam kisah hidupku.
Ketika bapak benar benar pulang. Bang robi masuk ke kamarnya ,seingatku ia berjongkok bersandar ke dinding. Suaranya sesak dan aku diam,katanya”taraso bana ancua ati awak a…”(terasa benar hancurnya hatiku…).namun waktu itu aku masih diam.
Dan yang membuatku benar benar jatuh. Saat itu aku baru pertama tama berselancar di dunia maya.namanya MEGA NET.tempatnya di taman universitas yang banya ayunannya.lalu masuk ke gang yang bernama lorong PBB kalau masih itu namanya.di samping tempat menjual minuman Galon.
Ku ketahui diskriminasi terhadap orang orang sepertiku. Susah Mendapatkan pekerjaan. Hatiku jatuh seketika. Airmataku gugur , tak ada lagi penyangganya. Taman di buayaian itu aku menangis dengan air mata terbanyak yang pernah ada seperti Tuhan sengaja mengumpulkan waktu 19 tahun + 9 bulan hanya untuk di Tumpahkan di tanah darussalam itu. Masih menangis , terisak aku berjalan lurus di perematan aku berbelok ke arah FMIPA. Di depannya ada Mushalla KID.Di situ aku bertanya pada Tuhan………
Sekitar Kuala Simpang. Oktober 2008
Melewati jembatan di tepi sungai rawa itu kulihat semburan api dalam kegelapan malam masih dalam hujan. Hujan tidak mampu memadamkan api itu , api itu ciptaan tuhan yang menyembur dari perut bumi secara spontan sebuah pertanda bahwa di bawah bumi ini tersimpan kekayaan gas yang belum dieksploitasi. Api itu laksana semangatku , karena hanya semangat yang dapat membuat bertahan agar tidak penyet (lenyak) oleh lindasan roda zaman.
Di suatu situs jejaring sosial kulihat foto perpisahan anak sma di dekat rumah , setelah perpisahan mereka pakai acara coret-coretan sambil pesta (***) di sekitar danau hillir mudik tak karuan menunjukkan keberhasilan mereka pada orang orang disepanjang jalan (rendah sekali definisi berhasil menurut mereka).persis tipikal anak sma 90-an.seakan perjuangan hidup mereka hanya berakhir di tahun 2008.
Jauh berbeda dengan sma 1 teluk kuantan. Penuh getar getar kenangan perjuangan. Hari itu hari yang bersejarah bagi angkatan 08. Kami di suruh berpakaian lengkap putih abu abu lengkap dan rapi. Tak ada ACARA PAKAI JAS atau KEBAYA. APALAGI PAKAI CORET2 AN.formalitas ceramah , motivasi dari kepala sekolah. Bersalaman dengan para guru. Bagi yang ingin menangis menangislah , TAPI aku tidak menangis karena ada sesuatu yang LEBIH PENTING dari sebuah tangisan. Kemudian makan ,kalau ingin pulang ya pulang , kalau ingin foto 2 silahkan. Aku memutuskan untuk pulang cepat meninggalkan lokal yang penuh kenangan itu ( I don’t have any time for love) itulah semboyan di ruangan itu, bila perempuan lokal lain saling jambak rambut hanya gara gara JANTAN maka di lokal kami , hubungan orang yang tadi akrab bisa retak seketika hanya gara gara perbedaan hasil ULANGAN fisika.
Masih cerah di siang itu. Rumah sepi ayah belum pulang , di rumah hanya ada mama bermenung di kursi memikirkan sesuatu (INILAH SESUATU YANG LEBIH PENTING ITU) sama seperti yang selalu dipikirkan orang tua kita (aku dan kalian) ketika anaknya lulus SMA. Persiapan biaya , masa depan seperti apa yang akan di jalani anaknya( hal klasik yang selalu terjadi)
“ma…” aku mencium tangannya.
Ia tersenyum padaku , bajuku masih rapi , karena mama sudah berpesan menyimpan baju dan mengumpulan buku sebab di luar masih ada saudara yang membutuhkan. Sungguh mulia hati mama.(mama yang pernah merasakan pahitnya putus sekolah demi tiga orang adik perempuannya)
“usahlah… mama pikirkan itu….”hiburku ruang sendu, tenang.
“ulil janji akan lulus SNMPTN di universitas dan jurusan terbaik…” janjiku , karena aku telah menolak PDUD dan lebih nekat bersaing di SNMPTN secara nasional ini yang membuat guru guruku heran ketika itu.
Tak seorang pun guru bilang apa itu STAN.apa itu STIES pada kami koneksi internet pun tidak secanggih saat ini.baru baru masuk ke kota kabupaten yang terkenal dengan jalurnya itu.KURANG INFORMASI.Hanya berharap dari PBUD.tidak mampu bersaing di universitas terkenal. Maka tak heran ketika teman temanku di belahan bumi yang lain sibuk belajar untuk ikut berbagai macam tes maka aku hanya berharap SNMPTN (karena di situ bs. chevron aku taruhkan).
Berangkat ke kota Padang
Ketika menunggu bus ke padang melajulah cece’ dengan motornya. Jangankan menyapa menoleh pun tidak (mungkin ketika itu cece’ takut kami akan mengganggu hidupnya). Di atas rumput di bawah pohon jambu harapan kedua orang tua bertumpu padaku . setelah aku naik bus kulihat kebelakang bayangan kedua orang tua semakin baur lalu menghilang saat bus berkelok.AKU AKAN BERUSAHA.
Dari taluk kuantan bangku penuh. Di solok baru bisa mendapatkan bangku.sesampai di padang aku dan temanku randi memulai babak baru dalam hidup kami. Dari Matahari sampai ke gedung UNES kami menyeret bawaan.untung saja tas ku yang putus lebih dahulu.
Dan satu agustus 2008 TUHAN menunjukkan kekuasaannya. Doa ibuku tak sia sia.aku membuktikan pada dunia aku bisa.
Oktober 2008.
“Turun…,turun….,ba je bue”Teriak kernet,hari masih hujan.
Langsa,sebuah rumah makan aku turun . dengan bergegas aku makan seadanya. Lalu ke tempat wudhu melaksanakan Isya Jama’ Takhir. Setelah keluar dari mushalla kecil itu di berandanya ada seorang bapak seumuran ayah .Matanya buta, ia memegang sedekah wajib pemakai tempat wudhu. Aku tersentuh oleh shalawat sendu yang lantunkan diiringi irama hujan. Aku melakukan seperti yang orang lain lakukan lalu aku berbalik karena kulihat cairan di matanya.lalu aku kembali meletakkan tissue di tangannya sekedar penghapus air matanya.kemudian aku beranjak bergi dengan meninggalkan salam.
Hujan masih turun kubiarkan tubuhku basah. Hujan begitu tulus menyirami bumi yang gersang setia pada titah tuhan.tak pernah berkhianat.bagai ayah yang tak pernah sekalipun menolak apa yang kupinta. Kalau saja bisa bahkan, ayah ikhlas memberikan kedua matanya untukku “sibijeh matanya” sebab itulah begitu juga aku tidak pernah menidakkan pinta ayah…,tapi takdir terpaksa membuat kepalaku menggeleng di jalan lingkar darussalam ,aku menggeleng. aku berkhianat. Untuk pertama kalinya aku menidakkan pinta ayah.
“tet!!!” klakson bus,aku terkejut.lamunanku terhenti kenanganku kembali tersimpan aku bergegas menuju bus.
Aku kembali ke bus yang segera berangkat. Sang supir menghidupkan DVD mencampuri derai hujan.AGAM SIDROE bersuarakan getir dan pecah .tentang derita yang menusuk hati .
Badan lon pijuet hana le asoe
Tuboh ka phangpho han lon kira le
Hudep lam donya hana soe pakoe
Hudep lon sidroe pajan keuh akhe
………………..
Aku merapatkan tubuhku ke sandaran kursi memejamkan mataku. Mencoba untuk tidur dan bermimpi. Tentang suatu saat nanti seorang pemuda bersama ayahnya menyebrang jalan padat menuju mesjid raya baiturrahman. Pemuda itu merangkul ayahnya dengan langkah pasti dan senyuman optimis. Sesampainya di area masjid mereka berwudhu untuk sholat bersama.mimpi ini suatu saaat nanti.pasti akan menjadi the best walpaper of the year.
Tentang hilal zammil , ia menulis dengan nama yang berarti bayi bulan yang berselimut , awal musim hujan , atau bertepatan dengan gerhana matahari. Walaupun ia menyukai suasana pagi namun tulisan tulisannya lebih banyak mengekspos romantic senja dan sabana di tepi samudra.
Maksud hilal menulis note kali ini adalah agar jangan melupakan kenangan. Sepahit apapun kenangan itu. Tunggu suatu saat nanti bila kau tulis,kumpulan,lalu kau baca lagi di depan orang orang yang kau sayangi setelah waktu beranjak berlalu. Maka itulah hedonis nostalgia,kenikmatan dari kenangan.
Lihat resapi camkan jangan berhenti
Lalu tuangkan dalam bentuk tulisan
Teruslah berkarya karena menulis
Lebih baik dari pada mengingat ( Rahmad Hasbi )
by: Ulil


Recommended Posts :

0 komentar:

Posting Komentar - Back to Content

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))