Sebagai penulis.. kami (khususnya istri saya) sering ditanya via inbox facebook, "Gimana sih kak caranya bisa menjadi penulis seperti kakak?"
Jika mendapat pertanyaan seperi itu, kami sering menjawab dengan sederhana, "Belajar, berdoa dan berusaha untuk menjadi seorang penulis.."
Mengapa pertanyaan ini sering dilontarkan khususnya oleh mereka yang masih muda? Tak lain dan tak bukan adalah karena mereka selalu membayangkan ketika mereka bisa menjadi penulis, akan bernasib sama seperti para penulis terkenal lainnya. Seperti Habiburrahman penulis novel "Ayat-ayat Cinta", Mira W penulis novel "Merpati tak Pernah Ingkar Janji", Raditya Dika penulis novel "Kambing Jantan", atau bahkan ingin seperti JK. Rollings penulis kelas dunia pengarang serial "Harry Potter".
Ya.. Itu adalah sebuah harapan yang sangat dimaklumi, karena hampir semua orang ingin menjadi seperti yang di idolakannya (tidak cuma dibidang karya tulis saja). Namun yang perlu dipahami bahwasanya semua yang didapatkan oleh orang yang di idolakannya (saat ini), tidak bisa diperoleh dengan cara yang instan. Mereka juga berjuang untuk bisa berhasil menjadi seorang penulis terkenal. Untuk itu pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi kepada semua sobat yang berkeinginan untuk menjadi seorang penulis, agar bisa mempersiapkan diri untuk menerjuni dunia penulis. Apa yang saya bahas saat ini terfokus pada penulisan dalam bentuk cetak berupa buku atau novel.
Hal-hal yang akan dialami seorang penulis:
Nah, sobatku sekalian. Itulah hal-hal yang akan dialami jika kita ingin terjun di dunia penulisan secara profesional. Maka seperti yang telah saya sebutkan diawal, diperlukan kesiapan khususnya dalam hal mental untuk menjadi penulis profesional. Jika memang menulis adalah hobi kita dan kita memiliki keinginan yang besar untuk menjadi penulis profesional, maka teruslah berkarya, selalu berusaha dan jangan mudah putus asa. Tentunya harus disertai dengan doa, agar yang menjadi keinginan dan harapan kita bisa dikabulkan oleh sang Maha Kuasa. Siapa tahu apa yang kita sukai ini, akan menjadi ladang rezeki bagi kita... Amiin...
Jika mendapat pertanyaan seperi itu, kami sering menjawab dengan sederhana, "Belajar, berdoa dan berusaha untuk menjadi seorang penulis.."
Mengapa pertanyaan ini sering dilontarkan khususnya oleh mereka yang masih muda? Tak lain dan tak bukan adalah karena mereka selalu membayangkan ketika mereka bisa menjadi penulis, akan bernasib sama seperti para penulis terkenal lainnya. Seperti Habiburrahman penulis novel "Ayat-ayat Cinta", Mira W penulis novel "Merpati tak Pernah Ingkar Janji", Raditya Dika penulis novel "Kambing Jantan", atau bahkan ingin seperti JK. Rollings penulis kelas dunia pengarang serial "Harry Potter".
Ya.. Itu adalah sebuah harapan yang sangat dimaklumi, karena hampir semua orang ingin menjadi seperti yang di idolakannya (tidak cuma dibidang karya tulis saja). Namun yang perlu dipahami bahwasanya semua yang didapatkan oleh orang yang di idolakannya (saat ini), tidak bisa diperoleh dengan cara yang instan. Mereka juga berjuang untuk bisa berhasil menjadi seorang penulis terkenal. Untuk itu pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi kepada semua sobat yang berkeinginan untuk menjadi seorang penulis, agar bisa mempersiapkan diri untuk menerjuni dunia penulis. Apa yang saya bahas saat ini terfokus pada penulisan dalam bentuk cetak berupa buku atau novel.
Hal-hal yang akan dialami seorang penulis:
- Belajar menjadi penulis.
Ketika kita mau memasuki dunia yang baru apakah itu pekerjaan, komunitas, lingkungan ataupun profesi, tentu kita harus tahu dahulu tentang seluk beluknya. Cara untuk mengetahui adalah dengan belajar. Dan cara belajarnya bisa otodidak (belajar sendiri) melalui buku, ebook atau informasi di internet. Juga bisa berguru kepada ahlinya dengan cara mengikuti pelatihan atau kursus menulis. Mengapa kita harus belajar? Karena meskipun kita hobi menulis dan merasa bisa menulis, belum tentu tulisan kita bisa diterima dan diterbitkan. - Membuat karya tulis.
Untuk menjadi seorang penulis tentunya harus memiliki karya tulis. Terserah apa yang mau kita tulis, karena banyak macam ide yang bisa kita jadikan tulisan. Bahkan pengetahuan tentang kucing pun bisa menjadi sebuah karya buku "Bagaimana Memelihara Kucing". Namun tentunya untuk menjadikan karya tulis kita bisa jadi karya cetak, harus memenuhi standar penulisan yang berlaku atau ditentukan pihak penerbit. Tidak sama seperti kita menulis postingan di Fesbook, Twitter atau Blog yang bisa sesuka kita karena memang tidak bersifat komersil. Inilah fungsinya belajar bagaimana cara membuat karya tulis cetak. - Menawarkan kepada penerbit.
Setelah menuliskan ide kita menjadi sebuah naskah tulisan, langkah selanjutnya adalah membuat naskah tersebut untuk bisa dicetak menjadi sebuah buku atau novel. Ada 2 cara untuk mencetaknya. Kita bisa cetak sendiri, dengan biaya sendiri lalu dipasarkan sendiri (istilahnya indie label). Atau dengan cara kita memakai jasa penerbit. Jika memakai jasa penerbit, tentu kita harus menawarkan karya tulis kita ke pihak penerbit yang kita ketahui. Ini sama halnya dengan mencari kerja, karena tidak selalu penerbit yang pertama kita tawari karya kita akan mau menerima. Dan inilah saat yang paling melelahkan, karena kita harus siap dengan yang namanya penolakan demi penolakan. Untuk itu dibutuhkan jiwa dan semangat besar untuk bisa melalui tahapan ini. - Menunggu proses penerbitan.
Ketika karya kita sudah bisa diterima oleh sebuah penerbit, belum tentu karya kita bisa dicetak dalam waktu dekat. Kita harus rela untuk menunggu prosesnya, karena tulisan kita masih harus lulus sensor dulu dari editor penerbit. Selain itu di pihak penerbit sudah ada jadwal antrian dari penulis-penulis lain yang akan diterbitkan. Penantian ini bisa cepat bahkan bisa lama, tergantung dari pihak penerbit dan tema yang kita angkat. Seorang teman penulis pernah menunggu selama setahun untuk karyanya bisa dicetak dan diterbitkan. - Mendapatkan fee.
Seorang penulis tidak sama dengan orang yang bekerja di perusahaan yang setiap akhir bulan gajian. Namun fee yang didapat oleh penulis, itu sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan dengan pihak penerbit. Kita bisa memilih sistem pembayarannya. Ada yang sistim jual putus (pembayaran hanya sekali setelah naskah diterima), ada sistim oplah (pembayaran ditentukan per sekian eksemplar, cetak ulang dapat fee lagi) dan sistim royalty (setiap buku terjual kita mendapat prosentase, biasanya per 6 bulan sekali). Besar kecilnya fee ditentukan berdasarkan kesepakatan, dan ini juga dipengaruhi seberapa tenar serta seberapa banyak karya penulis tersebut. Bisa jadi fee yang kita peroleh, tidak sesuai dengan yang kita bayangkan. - Memasarkan karya tulisnya.
Dalam hal pemasaran, kita tidak bisa menyerahkan sepenuhnya kepada penerbit. Itu jika kita menginginkan karya kita laris manis di pasaran. Mana ada penulis yang tanpa usaha kemudian tiba-tiba karyanya Best Seller dan membuat dia jadi terkenal? Misalkan Raditya Dika.. pada awal terbit novel pertamanya "Kambing Jantan", tidak sekonyong-konyong langsung laku keras di pasaran. Bahkan dia mengalami novelnya ditempatkan dijajaran buku peternakan dan pertanian disebuah gerai Gramedia, karena dipikir karyanya adalah tentang memelihara kambing. Juga bagaimana dia getol memasarkan ke teman-temannya di blog, sosial media dan melalui talk shaw hanya sekedar untuk memperkenalkan novelnya. Itu adalah usaha yang dilakukan semua penulis, jika ingin karyanya laku di pasaran.
Nah, sobatku sekalian. Itulah hal-hal yang akan dialami jika kita ingin terjun di dunia penulisan secara profesional. Maka seperti yang telah saya sebutkan diawal, diperlukan kesiapan khususnya dalam hal mental untuk menjadi penulis profesional. Jika memang menulis adalah hobi kita dan kita memiliki keinginan yang besar untuk menjadi penulis profesional, maka teruslah berkarya, selalu berusaha dan jangan mudah putus asa. Tentunya harus disertai dengan doa, agar yang menjadi keinginan dan harapan kita bisa dikabulkan oleh sang Maha Kuasa. Siapa tahu apa yang kita sukai ini, akan menjadi ladang rezeki bagi kita... Amiin...
0 komentar:
Posting Komentar - Back to Content