Berhati-hatilah Menulis Status di Akun Jejaring Sosial

Pada era informasi seperti saat ini, hampir setiap orang yang bisa konek dengan internet memiliki akun di jejaring sosial seperti Friendster, Facebook, Twitter, Google Plus dan sebagainya. Karena dengan memiliki akun jejaring sosial, kita bisa terhubung dengan teman-teman kita yang mempunya akun yang sama. Bahkan kita bisa mencari teman kita yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak pernah bertemu.

Dalam membuat akun jejaring sosial, tentunya tiap orang berbeda-beda dalam hal tujuan membuat akun tersebut. Ada yang memang ingin mencari teman lama dan baru, ada juga yang sekedar untuk refreshing, ada juga yang cuma buat nge-game dan lain-lain. Bahkan untuk yang hobi nge-game, mereka rela membuat akun hingga puluhan hanya untuk sekedar memberi "gift" antar akun seperti di game Mafia Wars, Texas Holden Pocker, City File atau lainnya.

Untuk saat ini, saya tidak ingin membahas akun jejaring yang hanya buat main-main (dalam istilah Kaskus disebut Kloningan). Namun saya ingin membahas akun utama kita yang benar-benar dipakai untuk berhubungan sosial. Dalam postingan terdahulu, sudah pernah dibahas tentang bagaimana kita menjual diri melalui situs jejaring sosial. Bagi pekerja bebas / freelance (seperti saya) mungkin pembahasan itu tak begitu banyak berpengaruh, karena posisi kita tidak terikat oleh atasan dan perusahaan manapun. Namun untuk para pekerja/karyawan yang akun jejaringnya terkonek dengan perusahaan, bawahan apalagi atasan, mungkin harus lebih bijaksana dalam memanage dan membuat status baru.

Beberapa waktu lalu ada 3 orang teman saya mengatakan telah di PHK sepihak oleh atasan mereka, hanya gara-gara status yang mereka buat di wall akunnya.
Satu orang teman menulis status, "Capek ikut orang, tiap hari diomelin mulu". Sorenya dia dipanggil atasan, langsung disuruh membuat surat pengunduran diri.
Satu orang teman lagi menulis status, "Punya atasan kayak Mak Lampir, ga ngerti perasaan manusia". Dia menulis status itu di rumah, namun keesokan harinya dipanggil atasannya dan diberi waktu 3 hari untuk mengosongkan meja kerjanya.
Teman yang satu lagi suatu hari dia ijin ada keperluan penting. Ternyata dia mengikuti tes di perusahaan lain. Sambil menunggu panggilan dia menulis status, "Lagi ikutan tes, moga nasibku lebih baik dari tempat yg lama" Esoknya saat masuk kerja, dia diberi waktu menghabiskan masa kerja terakhirnya selama 2 minggu. Padahal hasil dia mengikuti tes belum tentu diterima.

Yaah.. mungkin contoh diatas hanya sebagian kecil saja dari jumlah pengguna jejaring sosial. Tapi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, seyogyanya kita harus lebih berhati-hati dalam menulis status. Karena kita tidak tahu bagaimana karakter perusahaan dan atasan di tempat kita bekerja. Memang kebebasan berekspresi adalah hak setiap orang. Namun jika akun jejaring kita bisa berpengaruh terhadap pekerjaan dan karir kita, lebih baik mengurangi menulis status yang bisa dipandang oleh perusahaan sebagai wujud kurangnya loyalitas. Tapi itu semua, kembali kepada individu masing-masing.


Recommended Posts :

0 komentar:

Posting Komentar - Back to Content

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))